Doamohon Kekayaan Melimpah. Arab-latin: Allaahumma innii as'alukal-hudaa wat-tuqaa wal-'afaafa wal-ghinaa. Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, kesucian, dan
Vay Tiền Nhanh. O Ministério da Saúde e a Anvisa Agência Nacional de Vigilância Sanitária divulgaram nesta terça-feira 25 uma atualização dos critérios técnicos para a triagem clínica de candidatos à doação de sangue com risco de infecção pelo novo coronavírus Sars-CoV-2, causador da acordo com o documento, candidatos à doação de sangue com diagnóstico ou suspeita de Covid-19 e que apresentaram sintomas da doença, mesmo nos casos leves ou moderados, serão considerados inaptos para a doação de sangue pelo período de dez dias depois da completa recuperação da orientações atualizam as regras estabelecidas pela nota técnica de 2020, que previa um intervalo de 30 dias para a doação de sangue após a recuperação da serão consideradas inaptas as pessoas que apresentarem teste diagnóstico positivo para Sars-CoV-2, mesmo que sejam assintomáticas. Neste caso, o período de inaptidão é de dez dias depois da data da coleta do exame. Quem teve contato próximo com algum infectado durante o período de transmissibilidade da doença nos últimos dez dias ou com indivíduos que apresentaram diagnóstico clínico ou laboratorial positivo para Covid-19 fica inapto para doar sangue pelo período de sete dias após o último contato com essas restrição refere-se a candidatos à doação de sangue que permaneceram em isolamento voluntário ou indicado por equipe médica, devido a sintomas de possível infecção pelo acordo com a resolução, esses indivíduos deverão ser considerados inaptos pelo período que durar o isolamento, conforme definição do Ministério da atualização dos critérios, foi retirado o de inaptidão para a doação de pessoas que tenham se deslocado ou que sejam procedentes de países com casos de orientações do Ministério da Saúde diante do diagnóstico de Covid-19 1 de 11 Confira orientações do Ministério da Saúde diante do diagnóstico de Covid-19 Crédito Myke Sena/MS 2 de 11 O Ministério da Saúde recomenda que diante de sintomas compatíveis com a Covid-19, como febre, tosse, dor de garganta ou coriza, com ou sem falta de ar, as pessoas devem buscar atendimento médico. Confira outras orientações Crédito Cassiano Psomas/Unsplash 3 de 11 Use máscara o tempo todo Crédito Getty Images 4 de 11 Se for preciso cozinhar, use máscara de proteção, cobrindo boca e nariz todo o tempo Crédito Conscious Design/Unsplash 5 de 11 Depois de usar o banheiro, limpe o vaso, mantendo a tampa fechada, higienize a pia e demais superfícies com álcool ou água sanitária. Sempre lave as mãos com água e sabão Crédito Nathan Dumlao/Unsplash 6 de 11 Separar toalhas de banho, garfos, facas, colheres, copos e outros objetos para uso exclusivo Crédito Sven Mieke/Unsplash 7 de 11 O lixo produzido precisa ser separado e descartado Crédito Kinga Lopatin/Unsplash 8 de 11 Evite compartilhar sofás e cadeiras e realize limpeza e desinfecção frequente com água sanitária ou álcool 70% Crédito Nathan Fertig/Unsplash 9 de 11 Mantenha a janela aberta para circulação de ar do ambiente usado para isolamento e a porta fechada, limpe a maçaneta frequentemente com álcool 70% ou água sanitária Crédito Daniel Hansen/Unsplash 10 de 11 Caso o paciente não more sozinho, recomenda-se que os demais moradores da residência durmam em outro cômodo Crédito Bermix Studio/Unsplash 11 de 11 Mantenha a distância mínima de 1,5 m entre a pessoa infectada e os demais moradores Crédito Chris Greene/Unsplash
Copyright © 2023 KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved
Populasi yang terus meningkat serta adanya perubahan fungsi lahan memberikan tantangan bagi penyediaan akses air minum dan sanitasi. Menurut Lina Damayanti, Advocacy and Communication Advisor for USAID IUWASH Plus, pada dasarnya semua orang pasti memiliki akses air. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Masalahnya adalah, apakah air tersebut layak dikonsumsi? “Menurut data dari pemerintah, hanya 30% warga yang mendapat akses air yang aman,” ujarnya. Baca juga Mengapa Sebuah Kota Bisa Kehabisan Pasokan Air? Semakin tinggi populasi penduduk, maka semakin besar risiko wilayah tersebut menghadapi masalah air. Pulau Jawa adalah salah satu wilayah yang mengalami krisis air terparah. “Jika suatu daerah kehilangan sumber mata air atau mengalami kekurangan, dampaknya tidak hanya untuk manusia, tapi juga pada spesies hewan dan tumbuhan,” tambah Lina. Tidak ingin kondisi air di Indonesia semakin parah, USAID IUWASH Plus pun berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut. Menurut Lina, cara paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sumur resapan. Memulihkan mata air Sumur resapan merupakan metode buatan untuk meningkatkan sumber air tanah. Asep Mulyana, Senior Raw Water Adaptation Specialist USAID IUWASH Plus, mengatakan, sumur resapan mampu mengumpulkan, menangkap dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Nantinya, air tersebut akan meresap ke akuifer – lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Air yang terkumpul di lapisan akuifer dapat digunakan selama musim kemarau untuk mengisi sumur dangkal atau meningkatkan aliran mata air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di hilir sungai. Konstruksi sumur resapan. USAID IUWASH Plus Teknologi ini terbukti untuk memulihkan mata air yang menyusut. Aliran Mata Air Cikareo, Jawa Barat, berhasil meningkat dari 48 menjadi 110 liter per detik. Selain itu, debit Mata Air Senjoyo, Salatiga, juga meningkat dari 800 liter/detik pada 2015, menjadi 1100 liter/detik pada 2017. Desa Patemon, Salatiga, yang sebelumnya mengalami kekeringan parah juga berhasil pulih dan kini tidak kekurangan air lagi berkat sumur resapan. Mudah membuatnya Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah air di Indonesia. Misalnya, dengan menanam pohon untuk mengembalikan fungsi lahan. Namun, sayangnya, cara itu memerlukan waktu yang lama, sementara debit mata air semakin menurun dan kita terancam kekeringan. “Ini masalah urgensi. Jika ingin mencegahnya dengan cepat, maka teknologi sumur resapan adalah solusi yang tepat,” papar Asep saat Kunjungan Lapangan Terkait Inisiatif Sumur Resapan di Salatiga, Senin 19/3 Sumur resapan hanya memerlukan lahan seluas 2x2x2 meter. Tutup galian untuk mencegah seseorang jatuh ke dalam sana. Gita Laras Widyaningrum Siapa pun bisa membuat sumur resapan, tidak perlu bergantung kepada pemerintah atau lembaga. Pembuatannya juga mudah dan hanya membutuhkan waktu sepuluh hari dengan biaya sekitar 2-3 juta. Asep menjelaskan, untuk membuat sumur resapan, kita perlu menyediakan lahan dan membuat galian seluas 2x2x2 meter. “Cuma modal cangkul saja,” ujarnya. Meskipun begitu, ada syarat teknis untuk pemilihan tempat pembuatan sumur resapan. Pastikan ia tidak dibangun pada lereng terjal dan tidak boleh melewati muka air tanah setempat. Sebaiknya, lubang galian sumur resapan ditutup untuk mencegah seseorang jatuh ke sana. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
doa agar air sumur melimpah